Simaklah :D
Beberapa
menit kemudian kelas dimulai. Kayaknya ngajar kelas 1 SMP bakalan jadi living
hell. Baru masuk aja udah berisik banget.
‘Selamat siang,
saya Dika,’ gue bilang ke kelas 1 SMP yang baru gue ajar ini. ‘Saya guru untuk
pelajaran ini.’
‘Siang, Pak!’
kata anak cewek yang duduk di depan.
‘Jangan Pak.
Kakak aja,’ kata gue sok imut. Gue lalu mengambil absensi dan menyebutkan nama
mereka satu per satu.
‘Sukro,’ gue
manggil.
‘Iya, Kak.’ Sukro
menyahut.
‘Kamu kacang apa
manusia?’
‘Hah? Maksudnya?’
‘Engga, habis
namanya Sukro, kayak jenis kacang,’ kata gue, kalem. ‘Oke, kacang apa manusia?’
‘Ma-manusia,
Kak.’
‘KURANG KERAS!’
Gue menyemangatinya.
‘MANUSIA, KAK!’
Satu kelas
hening.
Lagi-lagi kita memasuki ranah keabsurdan
Raditya Dika yang lain. Radikus Makan Kakus, buku karya Raditya ini dari awal
telah memberikan impresi buku abnormal. Pilihan untuk menyelipkan kata “Kakus”
ke dalam judul buku bergenre komedi ini membuat saya bertanya-tanya apa yang
akan dibahas buku ini? Masalah pencernaan? sembelit? Atau kecepirit?
Ditambah lagi dengan subteks Bukan Binatang
Biasa. Apakah buku ini tentang kakus buat hewan? tapi ini bukan binatang biasa
jadi apa kakusnya nempel di langit-langit terus harus salto dua kali baru bisa
sampai di kakus tersebut?
Hanya sampai situ saya berusaha menebak-nebak,
takut imajinasi saya bertambah liar. Akhirnya, dengan terpaksa, saya buka juga
buku ini untuk memuaskan keingintahuan saya tentang perihal kakus-kakus ini.
Tapi, sebelum mulai ke halaman pertama, saya baca judul buku ini untuk kedua
kalinya.
Radikus Makan Kakus. Well, It has a nice ring
to it.
Buku ini diawali dengan pengalaman Radit
menjadi badut untuk meneliti bagaimana hidup orang yang berpakaian menjadi
badut. Radit akhirnya berhasil mendapatkan kostumnya setelah sempat ditolak
oleh yang mempunyai kostum karena heran. Akhirnya radit memutuskan untuk kayang
di Monas. Setelah naik bajaj dan busway, yg dimana selalu diledek, akhirnya
misinya tersebut sukses.
Ada juga cerita tentang microwave yang sangat
menyelamatkan hidupnya saat tinggal di Australia. Pengalaman bersama
adik-adiknya saat terjebak banjir juga sangat menggugah karena dia sadar bahwa
sudah lama tidak bermain bersama adik-adiknya. Pengalaman bersama adiknya Anggi
yang mengarang cerita Sekolah Hantu juga akan membuat ketawa.
Radit, dalam salah satu babnya, menjadi Tabib
yang jawaban terhadap pertanyaannya sangat-sangat absurd. Di bab akhir buku
yang berjudul “Bukan Binatang Biasa” menceritakan perjuangan Radit untuk lulus
UI dan akhirnya diterima.
Secara pribadi, saya suka cara-cara Radit
mengemas sudut pandangnya yang cukup menarik lewat kelakuan-kelakuan konyol dan
lelucon-lelucon ringan. Radit membahas sesuatu yang taken for granted buat
orang lain, misal kakus, feces, atau badut, menjadi sesuatu yang sama sekali
berbeda. Radit membuatnya menjadi sesuatu yang “terlihat”.
Misal, cerita tentang keinginannya untuk
menjadi badut pada bab awal. Radit menuliskannya keingintahuannya tentang
kehidupan badut, yang notabene adalah orang yang berperilaku berbeda untuk
tujuan mengundang tawa, dengan cara menggunakan kostum badut. Hal yang menarik
adalah Radit sebenarnya tahu bukan kostum badut itu yang menjadikan dia badut,
tapi pencariannya terhadap kostum badut sendiri itu sendiri yang mencerminkan
semuanya.
Terus kemudian dia kayang di monas. Hal itu
aneh, berbeda, itu badut. Anehnya, penggemar raditya dika juga ikut-ikutan
kayang (dalam bab terakhir buku ini ditunjukan foto-fotonya), walaupun bukan di
Monas. Mereka aneh, berbeda. Mereka badut.
Dah bahkan, semua orang, disadari atau tidak,
pernah menjadi “badut” dalam kisah kehidupannya. Raditya Dika tahu itu dan dia
bagikan lewat bukunya ini.
Apakah arti Hidup? Mungkin pertanyaan itu
tidak termaksudkan untuk dijawab. – Raditya Dika
Kesimpulannya buku ini bukanlah buku komedi
terlucu sepanjang masa atau terlucu dari kumpulan buku-buku karya radit, tapi
buku ini tetap menarik dengan judul yang tidak kalah menariknya.
Tapi itu menurut saya, jangan percaya!
Langsung saja beli bukunya dan temukan sendiri apa yang menraik buat kalian!
0 komentar:
Posting Komentar